Selasa, 12 Mei 2020

MAHASISWA MONI di wilayah Jawa Timur: "Kami sangat mengharapkan bantuan dari Pemkab Intan Jaya dalam situasi Pandemi COVID-19"


Foto/Ikatan Pelajar Mahasiswa Moni (IPMMO) Kota Studi Surabaya, Provinsi Jawa Timur

SURABAYA, TONGOIKALNEWS.COM - Ikatan Pelajar Mahasiswa Moni (IPMMO) asal Kabupaten Intan Jaya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur mengharapkan bantuan berupa sembako dan finansial dari Pemerintah Daerah Bupati Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua, (Natalis Tabuni, S.S., M.Si)." Ujar, (BPH IPMMO) Koordinator Wilayah Surabaya, (Tedi Maizeni).

Menurutnya, "Sampai dengan saat ini juga Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Moni (IPMMO), Koordinator Wilayah Surabaya dan sekitarnya masih menunggu perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya untuk menindaklanjuti keberadaan kami dalam situasi Pandemi COVID-19 yang sedang mencekam ini." Selasa, (12/5/2020) Pukul 16:40 WIB.

"Penyebaran Pandemi COVID-19 yang mengganaskan  ini telah mengambrukkan ekonomi dunia, aktivitas kehidupan manusia hampir di seluru dunia dibatasi hingga segala aktivitas manusia di beberapa negara menjadi terhambat termasuk indonesia.  Dari data terbaru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada selasa, (12/5/2020) menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyebaran Virus Corona  telah meningkat  menjadi 991 jiwa orang yang meninggal dunia."

"Angka kematian akibat Virus Corona tersebut berasal dari beberapa daerah ‘’zona merah’’ termasuk kota surabaya.
menurut kementrian kesehatan republik indonesia. Surabaya adalah salah satu kota zona merah dengan jumlah pasien positif COVID-19 (741) jiwa, korban meninggal (89) jiwa dan yang telah sembuh sebanyak (110)." Data ini menunjukan bahwa Surabaya adalah salah satu kota dengan status "Zona Merah" yang harus di perhatikan oleh pemerintah secara serius. 

Banyak kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Surabaya dalam upaya mengurangi atau mencegah penyebaran Virus Corona. Beberapa kebijakan yang di keluarkan adalah Lockdown atau Karantina Wilayah agar seluruh masyarakat tetap (stay at home)  dan lain sebagainya.

Berdasarkan kebijakan Pemerintah diatas maka, seluruh aktivitas Mahasiswa Intan Jaya menjadi terhambat. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya segera mengambil langkah - langkah alternatif agar Mahasiswa yang berada di kota Surabaya dan sekitarnya bisa menghadapi situasi saat ini.

Ditambahkan juga bahwa, "Dengan melihat situasi ini sehingga, Ketua Komisi B (DPRD) Kabupaten Jaya, (Martinus Maisini S.T) menyampaikan  kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya agar menyalurkan bantuan secepatnya. ‘’bantuan pendidikan itu kewajiban Pemerintah setiap tahun tapi, biaya bantuan COVID-19 ini segera dibantu kepada setiap badan pengurus. Agar Mahasiswa asal Intan Jaya tidak terpapar virus ini karena mereka keluar mencari makan dan minum.’’ Tuturnya kepada media nasional Suarapapua.com pada Jumat, (8/5/2020).

Terkait dengan situasi Pandemi COVID-19 saat ini, disampaikan juga oleh (Tedi Maizeni)  selaku (BPH IPMMO), Koordinator Wilayah Surabaya bahwa “kami sangat sulit untuk melakukan aktivitas dengan adanya kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah, seperti Lockdown atau Karantina Wilayah.

Sesuai dengan kebijakan dan imbauan yang melakukan atau disampaikan oleh PEMKOT Surabaya maka, kami Mahasiswa Intan Jaya melakukan isolasi mandiri di kontrakan. Dan juga, membuat kami Mahasiswa sangat susah buntuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum. Sehingga  dengan tegas, "saya selaku (BPH IPMMO) meminta kepada Tim Gugus Tugas COVID-19 dan Pemkab Intan Jaya segera perhatikan dan membantu kami berupa sembako dan finansial untuk bisa bertahan dalam situasi pandemi ini." Ungkapnya.

Dijelaskan juga bahwa, "Mengingat  pentingnya Mahasiswa sebagai penerus pembangunan nantinya di daerah Kabupaten Intan Jaya. Oleh karena itu, Pemerintah harus mengambil langkah-langkah alternatif, tegas, cepat, dan bijak dalam membantu mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia dan lebih khusus di  kota Surabaya sebagai daerah dengan status zona merah." Ucapnya.

Ditambahkan juga, "Seperti yang disampaikan oleh Senioritas (IPMMO) Koordinator Wilayah Surabaya, (Yance Sani) kepada media nasional Suarapapua.com melalui via telepon selulernya bahwa, “Mengingat Virus Corona adalah virus yang sangat berbahaya dan mematikan maka, penting sekali untuk seluruh komponen badan pemerintah, lembaga, dan organisasi di Intan Jaya agar secara besama sama melawan Virus Corona dengan cara yang bijak, bergerak secara cepat, dan tepat.”

“ya..., lebih baik Pemkab Intan Jaya cepat bantu para Mahasiswa  yang sedang berada di wilayah Surabaya secepatnya, jangan sampai tunggu satu orang Mahasiswa terpapar Virus Corona atau meninggal dunia baru Pemerintah sibuk. ingat...! bahwa, Surabaya adalah daerah zona merah.” Tegasnya.

Sumber Data: Tedi Maizeni
BPH (IPMMO) Surabaya

Editor: Kevin Meno Natkime
Pimpinan Redaksi

"THE LAST HONEST PERSON ON EARTH"


Foto/Prof. Paul Ekman
Tim Redaksi/Tongoikalnews.com

SURABAYA, TONGOIKALNEWS.COM - Informasi ini telah diposting oleh mister (Edenn Baptis). Prof. Paul Ekman merupakan penemu (MICRO EXPRESION), ia mengatakan bahwa: "KEBENARAN ADA DI WAJAH SESEORANG." Ujar, kamrad (Abner Olago) dalam postingan akun facebooknya pada Selasa, (12/5/220) Pukul 15:30 - Waktu Indonesia Barat.

Demikian juga, "Ia telah melakukan survei expresi wajah di berbagai negara, dan khususnya selama 15 tahun ia melakukan survei di PNG dan PAPUA, khususnya RAS MELANESIA, dan ia berkesimpulan bahwa: "THE LAST HONEST PERSON ON EARTH" - (PAPUA ADALAH MANUSIA TERJUJUR TERAKHIR YANG DISISAKAN DI MUKA BUMI).

Sumber Data: Abner Olago
Kamrad, Aktivis Pembebasan Papua

Editor: Kevin Meno Natkime
Pimpinan Redaksi

KORAN ONLINE LAO-LAO: "Media Pergerakan Rakyat Papua"


Design Website/Wenas Kobogau
Tim Redaksi/TONGOIKALNEWS.COM

TIMIKA, TONGOIKALNEWS.COM - Pada awal tahun 2019, kami membentuk lingkar diskusi kecil untuk media propaganda. Dari sana kami banyak membahas perkembangan media, terutama kajian-kajian dan literatur dari perspektif gerakan dan rakyat. Ujar, Wenas Kobogau dalam postingan akun facebooknya.

Menurutnya, "Kajian-kajian gerakan dan rakyat sangat minim. Hegemoni kolonial dan praktek kapitalisme membuat arus produksi pengetahuan tidak teratur. Rakyat dibuat malas membaca, berdiskusi, berorganisasi dalam gerakan-gerakan mahasiswa. Akibatnya proses idelogisasi sampai pembasisan sangat lambat. Selasa, (12/5/2020) Pukul 15:30 - Waktu Papua Barat.

"Ini membuat kami mendorong media baru untuk membantu kemajuan kajian-kajian gerakan. Kami memulai dengan koran online Lao-Lao (https://lao-lao.org/). Lao-Lao akan menjadi media penyeimbang, pembanding, propaganda ideologisasi, dan pendorong kemajuan gerakan rakyat." Tuturnya.

"Saat ini Lao-Lao dalam proses pembuatan. Di tahap awal Lao-Lao menyediakan 7 rubrik: Analisa Harian—Editorial—Teori—Ekopol—Budaya dan Sastra—Catatan Mahasiswa—Press Release. Penambahan rubrik akan dilakukan dengan mempertimbangkan pengasuh yang di bidang-bidang khusus yang bersedia di dalam." Ungkapnya.

"Lao-Lao tidak terikat dengan lembaga mana pun. Media ini didirikan dari sumbangan pribadi dan warga yang tak terikat. Lao-Lao menerima sumbangan atau donasi warga dan individu yang tertarik dengan visi/misi atau platform media ini untuk perkembangan dan kemajuan-kemajuan ke depan." Ucapnya.

"Besar harapan kami untuk kawan-kawan sekalian berkontribusi tulisan di Lao-Lao untuk kemajuan pergerakan dan perjuangan rakyat Papua." Tutupnya.

Sumber Data: Wenas Kobogau
Pimpinan Redaksi/Lao-lao

Editor: Kevin Meno Natkime
Tim Redaksi/Tongoikalnews.com

Senin, 11 Mei 2020

Leonardo Boff bertanya kepada (Dalai Lama), pemimpin umat Buddha dari Tibet: "Agama apakah yang paling baik atau benar?"


Foto/Pemimpin Umat Buddha dari Tibet, (Dalai Lama)  - Tim Redaksi TONGOIKALNEWS.COM

SURABAYA, TONGOIKALNEWS.COM - Seorang ahli dari kelompok "The Theology Of Freedom" dari Brazil bernama Leonardo Boff bertanya kepada Dalai Lama, pemimpin umat Buddha dari Tibet: "Yang Mulia, apakah agama terbaik?" Selasa, (12/5/2020) Pukul 06:20 - Waktu Indonesia Barat.

Leonardo Boff menduga bahwa Dalai Lama akan menjawab: Agama Buddha dari Tibet atau agama Oriental yang lebih tua dari agama Islam, Yahudi dan Kristen. Ternyata sambil tersenyum, Dalai Lama menjawab :

"Agama terbaik adalah agama yang lebih mendekatkanmu pada TUHAN, yaitu agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

Sambil menutupi rasa malu karena punya dugaan kurang baik tentang Dalai Lama, Leonardo Boff bertanya lagi: "Apakah tanda agama yang membuat kita menjadi lebih baik?"

Jawaban Dalai Lama sebagai berikut: "Agama apapun yang bisa membuatmu Lebih welas asih, Lebih berpikiran sehat, Lebih objektif dan adil, Lebih menyayangi, Lebih manusiawi,  Lebih mempunyai rasa tanggungjawab dan Lebih ber-etika. Agama yang memiliki kualitas seperti itu adalah agama terbaik."

Leonardo Boff terdiam dan ter-kagum-kagum atas jawaban (Dalai Lama) yang bijaksana dan tidak terbantahkan lagi.

Selanjutnya, Dalai Lama berkata: "Tidak penting bagiku apa agamamu kawan... tidak peduli kamu beragama atau tidak. Yang betul-betul penting bagiku adalah perilakumu di depan kawan-kawanmu, keluarga, lingkungan kerja dan dunia."

Dalai Lama berkata lagi: "Jagalah pikiranmu karena akan menjadi perkataanmu. Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu  karena akan membentuk karaktermu.  Jagalah  karaktermu karena akan membentuk nasibmu."

Jadi sebenarnya, nasibmu berawal dari pikiran mu! Have a blessed day my friend.

Sumber Data: Yayak Yatmaka
Editor: Tim Redaksi/Kevin Alom

TIGA VIRUS POLITIK YANG MENYEBAR PASCA COVID-19: "Rasisme, Ultra Nasionalisme dan Teori Konspirasi"


Design/Ilustrasi - (Slavoj Zizek)
Tim Redaksi/Tongoikalnews.com

SURABAYA, TONGOIKALNEWS.COM - Seiring meluasnya Pandemi Covid-19, ada tiga virus politik yang bangkit dari tidur panjangnya, yaitu: rasisme, ultra-nasionalisme, dan teori konspirasi. "Slavoj Žižek dalam bukunya Pandemik! Covid-19 Mengguncang Dunia (diterbitkan oleh @penerbitindependen) mengulas secara dalam virus rasisme dan ultra-nasionalisme, serta sedikit menyinggung tentang narasi konspirasi."

Dengan berbagai paradoks dan analogi yang kaya, Žižek menunjukan kepentingan politik dari setiap keputusan kelas penguasa. Contohnya, saat negara Israel membantu Palestina dalam menangani Covid-19, itu bukan didasarkan atas pertimbangan kemanusiaan, tetapi karena Israel tidak ingin warganya di sisi timur tertular corona yang menyebar di antara penduduk Palestina. Itu karena, pemukiman warga Israel di sisi timur berdekatan dengan pemukiman warga Palestina.

Begitupula ketika dia melucuti ketidakmampuan ideologi ultra-nasionalisme yang menekankan kedaulatan penuh negara. Baginya, virus corona tidak bisa diatasi secara lokal atau dalam lingkup state (negara). Penyelesaian pandemi ini menurut Žižek harus dilakukan dalam kerangka solidaritas internasional. Itu terbukti ketika masyarakat dan pemerintah antar negara saling bertukar informasi untuk menemukan obat dan vakso virus corona. Begitupula solidaritas global dalam bantuan tenaga medis yang dilakukan Kuba, atau bantuan APD yang dilakukan oleh berbagai negara.

Sumber Data: @Tanah.Merdeka
Editor: Tim Redaksi

JUBIR INTERNASIONAL (KNPB): "YESUS ITU SOSIALIS, SANG PEMBERONTAK"


Foto/Juru Bicara Internasional (KNPB), Victor Yeimo dan Generasi Penerus Perjuangan Kebebasan Kemerdekaan Papua - (Tongoikalnews.com)

JAYAPURA, PAPUA, TONGOIKALNEWS.COM - Yesus mengkhotbahkan kesetaraan manusia di hadapan Allah; Dia mengkhotbahkan keadilan; Dia mengajarkan kesederhanaan dan kepedulian pada yang hina. Dia mendatangi perkampungan kumuh, tempat pelacuran, dan rumah orang lepra. Dia obrak-abrik para pedagang uang di pelataran Bait Allah dan menghardik mereka sebagai penyamun. Dia disalib oleh Gubernur Palestina yang bekerja sama dengan pemuka-pemuka agama, Farisi penguasa Bait Allah, dengan tuduhan sebagai pemberontak.
Ya, Dia memang memberontak. Tapi bukan hanya pada pemerintahan lalim. Dia menggugah kaum tertindas memberontak pada tatanan sosial-ekonomi yang korup dan menindas; pada tatanan sosial-ekonomi yang bertumpu pada penghisapan dan pemerasan kaum lemah.

Ia juga memberontak terhadap ritual-ritual formal penuh kemunafikan; liturgi yang kosong dari kepedulian terhadap kaum lemah. Ingat ketika Yesus bersabda: “Ahli-ahli Taurat itu dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu ikutilah dan lakukan segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi” (Matius 23: 1-7).

Yesus menentang penghisapan manusia oleh manusia. Bagi-Nya semua manusia setara di mata Allah. Tidak boleh ada yang mengambil manfaat secara keji dari orang lain karena kedudukannya. Apalagi dengan cara menindas. Semua manusia adalah saudara. Ingatlah Yesus bersabda: “Janganlah kamu disebut rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara” (Mat. 23: 8).

Sekarang memang tidak ada yang disebut Rabi di kalangan Kristen. Tapi bukan berarti lembaga Rabi musnah. Tidak! Di kalangan Kristen ada orang-orang yang ingin disebut pendeta, minister, reverend, pengkhotbah, dan segala tetek-bengek titel lain yang mencoba menempatkan dirinya di atas manusia lain dan mengambil manfaat dari persembahan orang-orang Kristen untuk memperkaya diri. Orang Kristen tidak hanya lupa pada sabda Yesus, tapi juga lupa pada kritik Martin Luther terhadap hirarki dalam beragama. Luther manghapuskan hirarki yang menindas bukan untuk melanggengkan sistem lama dengan nama baru!

Lupakah kita pada sabda Yesus: “Barang siapa terbesar di antara kamu, hendaklah dia menjadi pelayanmu” Ya. Kita lupa. Ketika kita besar, yang terjadi adalah kita ingin dilayani. Naik mobil mewah, lalu dijemput dengan penuh kehormatan munafik. Memasuki gereja megah, menerima salam dan persembahan jemaat sehingga bisa ziarah ke tanah suci sesering mungkin. Para pengkhotbah menjual Getsemani, Yerusalem, Danau Galilea, dan Bethlehem melalui perusahaan tour and travelnya untuk bisa membangun rumah megahnya di kawasan elit.

Yesus benci hirarki. Ingatlah Dia bersabda: “Barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, dia akan ditinggikan” (Mat. 23: 11). Bagi Yesus, manusia itu setara. Tidak boleh ada kelas-kelas yang menempatkan manusia ke dalam lapisan-lapisan tinggi-rendah sehingga yang tinggi bisa memeras si rendahan. Sama rata sama rasa, itulah ajaran Yesus. Mengapa para pengkhotbah tidak mengkhotbahkan ayat ini? Karena mereka teruntungkan oleh keadaan yang menempatkan mereka di kedudukan lebih tinggi dari umat awam. Dari kedudukan itu mereka bisa memperoleh previlage, penghormatan, rumah dinas, dan persepuluhan!

Para penindas adalah musuh Yesus. Lupakah kita pada sabdanya: “Calakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Mat. 23: 14).

Di kalangan Kristen, para pemimpin jemaat merasa tidak menjadi sasaran sabda ini karena mereka bukan ahli Taurat, bukan Farisi! Keliru, mereka sungguh keliru. Para ahli Alkitab dan rohaniwan yang bekerja sama dengan penindas atau membiarkan penindasan terjadi, atau malah melakukan penindasan itu sendiri akan dihukum lebih berat. Farisi-farisi dalam kalangan Kristen tidak sedikit. Mereka bekerja sama dengan penguasa lalim; dengan kapitalis penindas kaum pekerja, menutup mata dan pura-pura tak tahu penggusuran tempat-tempat orang miskin mencari nafkah dengan alasan bahwa rakyat tertindas itu bukan Kristen. Sungguh picik. Persis seperti Farisi-farisi penguasa Bait Allah.

Ingatlah Yesus bersabda: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” (Mat. 23: 23).
Setiap waktu kita bayar persepuluhan, tapi yang kita bayarkan adalah dari hasil keringat-darah orang yang kita rampas haknya. Kita bayar persepuluhan buat gereja, tapi kita menindas orang lain untuk menumpuk-numpuk kekayaan kita sendiri. Kita bangga dengan bangunan gereja kita yang megah sementara itu orang-orang yang bekerja pada kita hidup sengsara tanpa tunjangan memadai sambil menyalahkan mereka sebagai orang bodoh dan malas. Toh mereka bukan Kristen. Bodoh! Kalian yang bodoh. Yesus tidak pernah bilang bahwa kita hanya harus peduli pada orang Kristen! Pesan Yesus adalah kita tidak boleh menindas pada sesama manusia; bukan urusan-Nya sesama itu Kristen atau bukan.

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat. 23: 25-26). Kita sering mendengar para pengkhotbah menganjurkan orang-orang kaya yang memperoleh kekayaannya dari memeras tenaga pekerja atau dari menipu kaum lemah, untuk rajin bersedekah atau memberikan persepuluhan secara rutin agar bisa masuk Sorga. Tetapi mereka tidak pernah mengkritik sistem yang membuat orang kaya itu kaya dan yang miskin itu tetap miskin, yaitu penghisapan manusia atas manusia. Persis seperti Farisi yang membersihkan pinggiran pinggan tapi membiarkan perampasan dan kerakusan tetap bercokol di bagian dalamnya.

Bila sosialisme secara longgar diartikan sebagai faham yang mengutamakan keadilan dan persamaan antarmanusia, dan bila sosialisme adalah faham yang menghendaki dihapuskannya praktek-praktek penghisapan manusia oleh manusia dan menjadikan kehidupan manusia tanpa sekat-sekat kelas antara kaum pemilik dan orang tak-berpunya maka tidak perlu ahli tafsir lulusan doktor teologi untuk sampai pada kesimpulan bahwa Yesus adalah sosialis.
====
**Bacaan Lepas Seri Pengantar Sosialisme Papua. 
**Bagi para pembaca sosialisme Marx, Poin menarik terletak pada gagasan Marx tentang aktivitas praktis. Sekali diulangi, Marx mengatakan bahwa apa yang benar adalah apa yang bisa dipraktekkan, bukan sesuatu apa yang bisa diperdebatkan secara teoritis. Disini, Yesus dan Marx berdiri pada titik yang persis sama. Dalam Mat. 7:21, Yesus mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.". Yesus Nazaret mengontraskan aktivitas "berseru" dan aktivitas "melakukan". "Berseru" sebagai sebuah aktivitas mulut-kritis dipandang lebih rendah dari pada "melakukan" sebagai aktivitas kritis-praktis. "Berseru" dengan intensitas yang tinggi (Tuhan, Tuhan, dituliskan dua kali berulang), dianggap tak berguna dari pada "melakukan". Mereka yang hanya bisa "berseru" malah digolongkan Tuhan sebagai pembuat kejahatan (ay. 23).

Sumber Data: Victor Yeimo
JUBIR: Internasional KNPB
Editor: Kevin Meno Natkime

Sabtu, 09 Mei 2020

PAHAM FEMINISME: “Seks bukan Cinta. Sebaliknya, Cinta bukan Seks”

Design Ilustrasi/Smith_Patrics
Tim Redaksi/Tongoikalmore.com

SURABAYA, TONGOIKALNEWS.COM – "Seks bukan Cinta. Cinta bukan Seks.” Anda bisa berhubungan seks dan tidak jatuh cinta. Anda bisa jatuh cinta dan tidak melakukan hubungan seks. Seorang pria mungkin membencimu dan masih berhubungan seks denganmu. Bijaklah. Menggunakan seks untuk memanipulasi pria pada akhirnya akan gagal. Adalah penipuan diri untuk berpikir bahwa memberinya seks akan membuatnya mencintaimu." Ujar – Kamrad, (Smith_Patrics).

Menurutnya, "Cinta sejati tidak akan pernah memaksa Anda untuk melakukan hubungan seks. Pria yang tidak mencintaimu tidak akan berubah pikiran karena seks. Jika dia memberitahu Anda untuk ‘membuktikan cinta Anda’ dengan berhubungan seks dengannya. Dia hanya memanfaatkanmu. Jika dia ada di dalamnya untuk seks, ‘seks yang lebih baik’ akan membawanya pergi dari Anda." Sabtu, (09/5/2020) Pukul 18:30 - Waktu Indonesia Barat.

Jelasnya, "Menjadikan diri Anda sebagai 'budak seks' adalah bodoh. Cinta tidak akan pernah mempermalukan atau menurunkan Anda. Jika Anda melakukan kesalahan dengan menggunakan seks untuk membeli pria ini, sekaranglah saatnya untuk menilai kembali hubungan Anda dan membangunnya di atas fondasi yang tepat."

Ditambahkan juga bahwa, "Jika dia menikah dengan Anda karena 'seks itu baik', itu akan berakibat fatal bagi pernikahan Anda. Biarkan dia menikah dengan Anda karena dia mencintai Anda, menghormati Anda, merasakan hubungan emosional, mental, dan spiritual yang kuat dengan Anda dan ingin Anda menghabiskan sisa hidupnya dengan Anda."

Sumber Data: Smith_Patrics (Instagram)
Editor: Tim Redaksi – Tongoikalnews.com