Minggu, 03 Mei 2020

BELAJAR DARI CUBA: “KESEHATAN BUKAN SOAL BISNIS, TETAPI SOAL HAK ASASI MANUSIA”

SUMBER FOTO/KAMRAD - VA SAFI’I

SURABAYA, TONGOIKALMORE.COM - “Diskusi Mengenasi Disablitas Dalam Pandangan Marxist. Disabilitas adalah aspek dari berbagai segi kondisi manusia, mulai dari kehilangan satu atau lebih indra, hingga hambatan mental, fisik, ucapan dan hambatan lainnya. Masalah mobilitas yang membutuhkan kursi roda atau alat bantu jalan atau alat bantu lainnya membuat banyak orang tidak menggunakan fasilitas umum seperti kantor-kantor atau toko-toko. Secara umum, kedisabilitasan seseorang menghambatnya untuk berpartisipasi penuh di ranah sosial. Meskipun angka pastinya kurang, perkiraan berkisar antara 15 sampai 25 persen dari populasi AS adalah disabilitast, atau sekitar 50 juta orang (1). Sebuah tulisan sebagai pamantik diskusi meja bundar. Disablitas di bawah Kapitalisme dan Marxisme. Oleh: Ray Elling, PhD—Profesor Sosiologi Kesehatan, Uconn (University of Connecticut).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, pada tahun 2011, "bahwa ada lebih dari satu miliar orang di dunia yang hidup dengan beberapa bentuk disabilitas, di antaranya hampir 200 juta memiliki banyak kesulitan fungsional." (2. as cited in 3. p.1278)

Sebuah penelitian WHO yang penting baru-baru ini, dengan menggunakan gabungan dari berbagai ukuran yang canggih dari semua kedisabilitasan, yang mempelajari 49 negara dan menemukan hubungan negatif yang kuat antara kekayaan (status ekonomi rumah tangga) dan prevalensi kecacatan yang disesuaikan dengan usia. Di seluruh negara, negara-negara kaya memiliki tingkat kedisabilitasan yang lebih rendah. Dan di dalam negara-negara tersebut, orang-orang kaya memiliki lebih sedikit kedisabilitasan daripada orang miskin. (3) Seseorang dapat mengatakan bahwa kedisabilitasan, seperti banyak penyakit manusia lainnya, terkait persoalan kelas.

Pertanyaan yang ingin saya kemukakan dan harapan untuk dikomentari adalah, "Bagaimana disabilitas dipahami dan diperlakukan di bawah sistem ekonomi-politik yang berbeda?"

Tampaknya ada kelangkaan karya ilmiah yang serius mengenai masalah ini (baca: Disabilitas dan relasinya dengan sistem kapitalisme), walaupun ketika saya mencari di google mengenai "Marxisme dan Disabilitas" saya menemukan beberapa hal menarik. Satu pandangan menunjukkan bahwa melalui spesialisasi dan pembagian kerja Kapitalisme —terhadap pekerja disabilitas— ‘melumpuhkan’ setiap pekerja disabilitas dalam arti bahwa pekerjaan mereka biasanya pekerjaan enteng (misalnya, menjadi masinis pemoles ujung logam dari bagian komputer berulang-ulang) sehingga keinginan dan potensi penuh mereka tidak pernah terwujud. (4.) Maka tentu saja ada biaya mengerikan yang disebabkan oleh penyakit dan cacat kerja (5.) yang banyak diekspor ke daerah semi-pinggiran dan pinggiran sistem dunia kapitalis. (6.) (7.)

Dasar kritik Marxis terhadap Kapitalisme dan dasar perjuangan kelas adalah TEORI NILAI KERJA (8.) (9.) Semua benda atau bahan material yang memiliki nilai di masyarakat - baik itu roti di meja keluarga, bijih besi dalam proses ke peleburan, atau buku puisi yang siap dipesan dari Amazon - memerlukan Tenaga kerja manusia untuk diproduksi. Tapi kapitalis mengendalikan alat produksi dan membayar pekerja cukup untuk kebutuhan (primer) mereka dan terkadang bahkan tidak demikian (tidak mencukupi). Surplus tersebut terasing dari pekerja dalam bentuk keuntungan yang memperkaya kaum kapitalis secara individu dan sebagai kelas. Pekerja dapat meningkatkan bagian mereka melalui organisasi dan perjuangan.

Untuk mencegah atau melemahkan perjuangan semacam itu, kelompok etnis dimainkan saling melawan (rasisme) jenis kelamin didorong untuk saling menjatuhkan (seksisme, patriark, homofobia) dan serikat pekerja dilarang atau dikurangi. Kekuatan Negara dalam bentuk angkatan bersenjata dan polisi dapat digunakan dalam menghadapai perjuangan pada saat krisis, namun senjata sehari-hari di tangan kaum kapitalis adalah media dan instrumen penciptaan budaya, intrumen untuk melakukan kontrol dan intrumen propaganda lainnya – apa yang disebut Gramsci sebagai "hegemoni budaya." (10) Hari ini, deregulasi neoliberal di seluruh dunia mengenai masalah kerja, perburuhan dan kesehatan, pengangguran dan privatisasi fungsi publik menciptakan ketimpangan sosial yang luar biasa.

Sejarah perjuangan yang panjang telah membawa para pekerja memiliki hak untuk berorganisasi, meskipun ini sangat lemah di AS dan bahkan lebih lemah lagi di negara-negara miskin, dibandingkan dengan Swedia dan banyak negara lainnya. (11.) (12.) Perempuan telah mencapai hak untuk memilih, namun tetap dibayar kurang untuk pekerjaan yang setara. (13.) Perbudakan dihapuskan dan hak-hak sipil diakui, termasuk akses ke tempat-tempat umum seperti meja makan siang dan kotak suara sebagian besar telah terjamin di AS (walaupun jika Anda membaca Doonesbury, Anda tahu Jim Crow kembali di Alabama dan Texas dan intimidasi bagi para pemilih menjadi kuat kembali). Baru-baru ini Mahkamah Agung U S mengizinkan pasangan gay bisa menikah. Perjuangan terus berlanjut.

Apa posisi disabilitas dari semua perjuangan ini? Mereka yang telah melihat film dokumenter PBS, "Lives Worth Living" (14) tahu apa perjuangan yang diperlukan agar UU ADA (Americans with Disabilities Act) disahkan. Peristiwa penting adalah protes dari 100 orang atau lebih pengguna kursi roda di tangga Gedung U S Capitol. Pada saat itu anggota-anggota Kongres –orang-orang, pengamat dan media melihat bagaimana orang-orang pemberani ini jatuh terguling-guling dari kursi roda mereka dan mulai mencoba merangkak naik ke tangga Capitol, "sudah tidak ada harapan lagi" untuk berbicara. UU ADA sudah ada sekitar 23 tahun yang lalu (15.) Hukum ini dan sejarahnya dan gambaran umum tentang kedisabilitasan di Amerika Serikat berkembang dengan baik dalam Encyclopedia of Disabilities, meskipun tidak ada yang dikatakan tentang Marxisme dan Disabilitas (16)

Perjuangan disabilitas untuk mencapai akses dan pelibatan yang setara dan bermartabat dalam urusan masyarakat dapat dianggap sebagai yang terbaru dalam garis panjang perjuangan untuk hak asasi manusia. Dengan Teori Nilai Kerja di dalam pikiran, mudah untuk melihat bagaimana kapitalisme pada tahap awal dengan kejam akan membuang orang-orang dengan disabilitas ke tumpukan timbunan manusia. Bahkan di tahap selanjutnya, di bawah Nazisme, orang-orang dengan disabilitas dilecehkan dan dibakar bersama Komunis, Yahudi dan Gipsi. Saat ini, banyak kelompok-kelompok disabilitas sering berjuang sendiri (disabbilitas netra, disabilitas rungu, disabilitas mental, dan lainnya) meskipun beberapa Jaringan Penyandang Disabilitas yang Efektif telah terbentuk, seperti Jaringan Penyandang Disabilitas Colorado. Hanya sedikit jika ada orang atau kelompok penyandang cacat melihat diri mereka sebagai bagian dari perjuangan kelas yang lebih luas untuk menggulingkan kapitalisme, meskipun demikian, dalam kesatuan dengan orang lain yang menghadapi diskriminasi dan eksploitasi, ada jalan menuju partisipasi penuh.

Bagaimana disabilitas di bawah Marxisme? Ada beberapa babak yang sangat menyedihkan dalam sejarah perjuangan "sosialis" untuk kemajuan kelas pekerja dan hasil akhirnya mengontrol Kekuasaan Negara dan alat-alat produksi. Di Italia, Gramsci sendiri tubuh dan tenaganya lemah dan bisa disebut disabel. Bagaimanapun, dia melawan beberapa tulisan sesorang sosialis Italia lainnya mengenai "Pertanyaan Selatan", terutama Lombroso dan para pengikutnya, yang mengambil pandangan Darwinis sosial dan melihat kemiskinan di Italia Selatan terkait dengan ketidakmampuan biologis.(17.)

Korespondensi terbaru dengan para ahli di bidang disabilitas menunjukkan bahwa situasi mengenai orang-orang dengan disabilitas - sikap terhadap mereka, kesempatan kerja, dan penyediaan akses dan inklusi mereka sangat kuno dan buruk di Hong Kong yang kaya dan modern dan di Republik Rakyat China yang kuat secara ekonomi - Meskipun sangat menarik untuk mengetahui bahwa ketika, selama perjuangan revolusioner, anak laki-laki Deng Xiaoping dilempar keluar dari jendela dan lumpuh seumur hidup dan perlu menggunakan kursi roda, sikap dan tindakan Partai berubah menjadi lebih baik namun masih jauh dari memadai. (18.) Beberapa orang akan mempertanyakan apakah China sedang menuju Komunisme, mengingat arah neoliberalnya dalam beberapa tahun terakhir.

Korespondensi dengan Dr. Akwasi Aidoo, CEO Trust Africa, sebuah yayasan penting yang mendukung desa, pendidikan, dan perkembangan lainnya, menunjukkan bahwa mungkin ada situasi yang sedikit lebih baik di negara-negara Afrika yang lebih progresif, seperti "UU Penyandang Disabilitas (PWD )" disahkan tahun 2006 di Ghana. Walaupun implementasinya belum sepenuhnya, namun advokasi untuk itu terus berkembang. Secara umum, di Afrika, situasinya buruk dan "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan." (19.)

Sebuah studi resmi WHO mengenai negara-negara Amerika Latin dan Karibia, memberikan gambaran positif tentang sistem kesehatan dan situasi kesehatan secara keseluruhan di Kuba dan menunjukkan bahwa situasi disabilitas jauh lebih baik daripada di negara-negara lain yang sebanding (20.) Perbandingan yang adil dilakukan beberapa tahun yang lalu di Kuba dan Filipina, yang dipertimbangkan dalam Perspektif Sistem Dunia. Kedua negara berada di bawah dominasi Spanyol dan Gereja Katolik selama 400 tahun; Kemudian berada di bawah dominasi kapitalis Amerika Serikat sampai tahun 1959, saat Kuba membebaskan diri. Sistem kesehatan dan perawatan kesehatan berkembang jauh lebih baik setelah tahun 1959 di Kuba daripada di Filipina (21.) Tapi akan lebih baik untuk belajar bagaimana situasi secara kontekstual dalam pengertian etnografis yang terperinci. Untuk satu hal, pintu listrik dan infrastruktur lain yang dibutuhkan oleh disabilitas (dan berguna untuk semua) kemungkinan besar tidak dapat ditemukan karena blokade yang tidak manusiawi oleh Amerika Serikat kepada Kuba, sampai sekarang, selama lebih dari 50 tahun (22.)

Cita-cita Marxis adalah "Dari masing-masing sesuai kemampuan mereka, untuk masing-masing sesuai dengan kebutuhan mereka". Stalin mengubah ini menjadi: "masing-masing sesuai dengan pekerjaan mereka" - hampir tidak merupakan kemajuan atas konsepsi kapitalis. Pertanyaan tentang kecacatan dalam teori Marxis dan praksis tampaknya sebagian besar belum berkembang. Kuba dikenal memiliki sejumlah sekolah khusus berkualitas tinggi untuk mendidik anak-anak penderita autisme dan disleksia. Apakah ini strategi "terpisah tapi sama"? Singkatnya, beberapa pemikiran dan tindakan serius diminta untuk sepenuhnya mencakup semua orang dalam proyek perbaikan manusia.

Kesimpulannya, disarankan agar kebaikan masyarakat manusia dapat dinilai, sesuai dengan tingkat sumber daya yang ada, sesuai dengan seberapa baik mereka menyediakan akses dan pelibatan penyandang disabilitas didalamnya.

Sumber Data:
Editor: Kevin Meno Natkime

Tidak ada komentar:

Posting Komentar